Sedikit ditarik ke belakang, tepatnya pada tahun 2002, demam Friendster begitu terasa. Kala itu situs pertemanan terbesar saat ini, Facebook belum lahir. Demikian pula dengan situs mikroblogging, Twitter. Dalam waktu singkat, Friendster sudah menjadi hit. Tak salah bila ada yang menjuluki Friendster sebagai pionir jejaring sosial. Namun, semenjak demam Facebook merajalela, lebih dari separuh akun Friendster sudah ditutup atau dihapus oleh pemiliknya. Mereka (member Friendster) berbondong-bondong beralih ke Facebook.
Namun kini, geliat Friendster kembali terendus. Apalagi dengan tampilan desain anyar berwarna hijau yang baru saja dirilis pada Kamis (3/12) kemarin. Saat ini Friendster difokuskan untuk demografi penggemarnya, yaitu orang muda di area Asia.
Tepat pada peluncuran wajah barunya, reuters melaporkan bahwa Friendster telah dijual kepada perusahaan Asia seharga US$100 juta.
Saat ini, Friendster memiliki 75 juta pengguna yang sudah terintegrasi. Sembilan puluh persen di antaranya berasal dari wilayah Asia-Pasifik. Beberapa feature baru yang ditampilkan Friendster, diantaranya game mata uang virtual, rangkaian game, dan hadiah virtual.
Richard Kimber (CEO Friendster), yang juga mantan pegawai Google, menuturkan bahwa Friendster kini telah menjual sahamnya dan meminta investor bank, Morgan Stanley meminta untuk menangani penjualannya.
0 comments:
Posting Komentar